Saya sampaikan dari tokoh-tokih ini apa yang telah
diriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan Al-Bashri,Ibnu Khaldun, dan Muhammad Ridha
tentang pengingkaran mereka terhadap fenomena Al Mahdi
Mujahid, Al-Hasan
Al-Bashri, dan fenomena Al Mahdi
Diriwayatkan dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Bashri bahwa
keduanya meyakini bahwa Al Mahdi adalah Isa Ibn Maryam Ra, riwayat yang
disampaikan keduanya didapatkan dari jalur yang dha’if, sehingga tak bisa diterima.(Al-Bustami: Al Mahdi Al-Muntazhar fi Dhau’Al-Ahadits Wa Al-Atsar
Adh-Dha’ifa(32))
Bila dianggap bahwa riwayat
yang berisi pendapat dua Ulama itu shahih, maka referensinya hanyalah sebuah
atsar yang dikeluarkan oleh Ibn Majah, yang didalamnya termaktub :
Tidaklah Al Mahdi itu kecuali Isa bin Maryam.(HR.Ibn
Majah,kitab Al-Fitan, hadits no. 4039[As-Sunan(2/1340)])
Hadits ini di keluarkan Al-Hakim dalam Mustadrak-nya, dan dia berkomentar sesudahnya :
Saya menyebutkan hadits ini hanyalah sebagai bentuk keheranan,
bukan bertujuan untuk berhujah dengannya.(Al-Mustadrak(4/441)
Bila kita kita anggap atsar ini shahih,maka tidak ada
didalamnya secuil kalimatpun yang menafikan kemunculan Al Mahdi dari kalangan
keturunan Nabi Saw, karena banyaknya atsar dan hadits diriwayatkan tentang
sifat Al Mahdi, namanya dan nama bapaknya. Sudah jelas dan terang bahwa Al
Mahdi itu bukan Nabi Isa As.
Isis atsar ini meneguhkan bahwa tiada satupun mahdi yang
sempurna serta terlindungi dirinya dari dosa (m’shum) kecuali Isa As. Maksudnya,
Isa As itu Mahdi yang paling agung setelah wafatnya Rasulullah Saw, sehingga
benar bila dikatakan
“Tiada Mahdi yang hakiki selain Isa, walaupun ada mahdi selainnya.”
Ibn Katsir berkata:
Hadits ini
dal pandangan orang yang pendek akalnya, bertentangan dengan hadits-hadits yang
diriwayatkan yang menetapkan bahwa Al Mahdi itu bukan Isa nin Maryam. Dengan
merenungkannya, ternyata hadits-hadits tersebut tidak saling menafikan, bahkan
yang di maksud dengan itu adalah Al Mahdi yang sebenar-benarnya mahdi adalah
Isa bin Maryam, dan itu tidak menafikan bahwa selainnya yang merupakan mahdi
juga.(An-Nihayah fi Al-Fitan(40))
Jika demikian, satu kesimpulan dari syubhat ini:
diriwayatkannya pendapat ini dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri adalah dengan
jalur dha’if, yang menguatkan kemungkinan apa yang disandarkan keduanya itu
dusta belaka. Bila di anggap riwayat keduanya shahih maka hanya hasil Ijtihad
yang bersandar dari hadits yang dha’if sanadnya padahal dalil yang di tunjukkan
mengandung kemungkinan lain.
BERSAMBUNG
. . . . .
EmoticonEmoticon